KLIKKORANCOM ā Artikel ini membahas rangkuman terkait naskah kemerdekaan HUT RI ke-77 yang lucu. Baca artikel ini sampai selesai hingga laman kedua untuk mengetahui juga poster dan puisi 17 Agustus 2022 tersebut. Yuk langsung saja simak rangkuman lengkap terkait naskah kemerdekaan, puisi dan poster HUT RI ke-77 pada 17 Agustus 2022..
Tema: Tanah air Puisi ini menggambarkan keadaan Indonesia sekarang yang semrawut. Yang dikatakan selama ini bahwa Indonesia subur atau kaya ternyata rakyatnya masih menderita, dibalik gedung-gedung tingkat (pejabat) rakyatnya masih dalam keterbelakangan (teknologi,ekonomi,dll).
airmatatanah air kami di sinilah kami berdiri menyanyikan airmata kami di balik gembur subur tanahmu kami simpan perih kami di balik etalase megah gedung-gedungmu kami coba sembunyikan derita kami kami coba simpan nestapa kami coba kuburkan duka lara tapi perih tak bisa sembunyi ia merebak kemana-mana bumi memang tak sebatas pandang
menyerahlahpada kedalaman air mata. ANALISIS. puisi diatas penulis yang berpihak kepada rakyat kecil dan petinggi negara . petinggi negara yang menghabiskan uang mata kami" melambangkan penderitaan rakyat , kalimat "di balik etalase megah gedung-gedungmu,kami coba sembunyikan derita kami" mempunyai makna dibalik kekayaan
ketikaair hujan jatuh ke tanah dari atas sana ,, ku teringat kenangan waktu itu .. ketika kau, aku, dan teman-teman main bersama .. dan hujan turun .. ku lihat jendela .. ku lihat hujan menderas ,, perasaan ini tak dapat kuartikan .. hatiku menjadi kacau ketika mengenang semua itu ,, aku rindu dengan kenangan itu ,, tapi rasanya aku tidak akan mungkin lagi dapat
ShagiaBalqissa S 1901003Pend. Bahasa & Sastra Indonesia (Dik3B)Mata Kuliah Kajian Puisi IndonesiaUniversitas Pendidikan Indonesia
Puisiini dituliskan Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan. penderitaan warga Riau karena adanya keserakahaan dari Pusat. Pemerintah pusat dengan sangat mudahnya mengambil segala apa yang ada di Riau, khususnya Sumber Daya Alam. Mereka mengambil itu semua tanpa mempertimbangkan perasaan rakyat Riau.
Qa4AT9o. Peri Sandi Huizche - Mata Luka Sengkon Karta. Foto Peri Sandi ā Bagi kamu yang tengah mencari naskah puisi Mata Luka Sengkon Karta karya dari penyair Peri Sandi Huizche, kamu berada di artikel yang tepat. Puisi karya Peri ini sempat viral beberapa waktu silam, lantaran sang penyair asal Sukabumi ini sukses membacakan puisi miliknya yang berjudul Mata Luka Sengko Karta di Teather Ketjil TIM. Penampilan Peri Sandi saat itu pun diabadikan melalui kanal youtube Fadli Zon yang dirilis pada 8 Juli 2017 lalu. Video tersebut kemudian viral, dan saat ini sudah ditonton sebanyak 6 juta kali. Berikut naskah puisinya. Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizache Serupa maskumambang Pupuh mengantarkan wejangan hidup Kecapi dalam suara sunyi menyendiri Pupuh dan kecapi mambalut nyeri menyatu dalam suara genting Terluka, melukai, luka-luka menganga akibat ulah manusia Terengah-engah di dalam tabung dan selang Aku, seorang petani bojong sari Menghidupi mimpi dari padi yang ditanam sendiri Kesederhanaan panutan hidup Dapat untung dilipat dan ditabung 1974 tanah air yang kucinta Berumur 29 tahun Waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara Lambang garuda dasarnya Pancasila Undang-undang 45 Meraaajut banyak peristiwa Peralihan kepemimpinan yang mendesak Bung karno diganti pak harto Dengan dalih keamanan negara Pembantaian enam jendral satu perwira Enam jam dalam satu malam Mati di lubang tak berguna Tak ada dalam perang maha barata Bahkan disejarah dunia Hanya disejarah Indonesia Pemusnahan golongan kiri PKI wajib mati Pemimpin otoriter repelita Rencana pembangunan lima tahun Bisa jadi rencana pembantaian lima tahun Di tahun-tahun berikutnya Kudapati penembak misterius Tak ada salah apa lagi benar Tak ada hukum negara Pembantaian dimana-mana Dor di mulut, Dor di kepala, Diikat tali dikafani karung Penguasa punya tahta Yang tidak ada bisa diada-ada Ehhhhhā¦. Akulah sengkon yang sakit Berusaha mengenang setiap luka Didada, di punggung Di batuk yang berlapis tuberculosis Malam jumat 21 November 1974. Setiap malam Jumāat Yasin dilantunkan dengan hikmat Bintang-bintang berzikir dengan kedipannya Suara-suara binatang melengkingkan pujian untuk Tuhan Istriku masih mengenakan mukenah, Mengambilkan minum dari dapur Dikejahuan terdengar warga desa gaduh Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. Adili saja si keluarga rombong itu aaaaaaaaaaaaaaaa Usir saja dari kampung sini Bakar saja rumahnya Di lubang bilik ada banyak obor dan petromax menyala meneriakan tegas Saudara segkon, saudara sudah dikepung Abri Kalau mau selamat menyerahlah Saudara tidak bisa kabur Angkat tangaaaaaaaaaaaaaaaan! Itulah naskah puisi Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizche, semoga bermanfaat. * Pos terkaitCelana Gisel Melorot saat di Dermaga Gorontalo Viral, Netizen Langsung HebohRamalan Zodiak Hari Ini, 7 Juni 2023 tentang Percintaan Taurus Akan Ada Keajaiban CintaApalagi Ini? Swedia Gelar Kompetisi Seks, Durasi sampai 6 Jam Per HariGRATIS! Baca Novel Malam Pertama dengan Lelaki Tua10 Jenis Nasi Goreng di Indonesia, Pernah Coba yang Mana? Nomor 7 Paling UnikJemaah Haji Indonesia Wajib Tahu, Lakukan 7 Hal Ini Jika Tersesat di Tanah Suci Mekah
DRAMATISASI PUISI āTANAH AIR MATAā ADAPTASI PUISI TANAH AIR MATA KARYA SUTARDJI CALSUM BAHRI KARYA Irfan Walang Pemain Irma Nur Afifah Alwama Mardianah Seli Afriani Julita Sari Indi Herdiyanti Yuliani Aryani Ella Nurwilianingsih Team Produksi Sutradara Fuji Dwi Putri Wakil Sutradara Yossie Winar Ketua Produksi Yola Septiana Asisten Produksi Leni Setiawati Bendahara Ratna Nur Rohmah Sekertaris Ummi Ainun Wakil Sekertaris Lilla Amalia F ARTISTIK LOGISTIK HUMAS Amaliah 1. Nita Afrianita 1. Aryani Lestari P Lisa Octavia 2. Hesti Novianti 2. Suhihati Janah Manusia selalu di hadapkan pada rahasia-rahasia. Kerahasiaan itu membuatnya menunggu. Menunggu? Apalah arti menunggu? Menunggu hanya pekerjaan konyol sekaligus membosankan, dan kita terjebak pada pilihan, menunggu hingga bosan atau mati sia-sia tanpa hakikat? Opening iringan musik Empat pemain masuk kedalam panggung properti sudah standbay di atas panggung, meja dan payung. Pemain I memegang payung lakon apa yang akan kita mainkan hari ini? Semua pemain berputar satu sama lain Pemain II memegang payung tentang korupsi saja! Semua pemain berputar satu sama lain Pemain III memegang payung bagaimana tentang banjir saja! Semua pemain berputarsatu sama lain Pemain IV memegang payung ya. Banyak sandiwara di bumi ini. pada hakikatnya Hidup hanyalah sandiwara, dan kita terjebak dalam sebuah sandiwara. Pura-pura baik, pura-pura bijak, pura-pura mendidik, pura-pura⦠pura-ura⦠semua pura-pura! Pemain I memegang payung lalu lakon apa yang akan kita main kan hari ini? Pemain IV menyanyikan lagu indonesia raya Pemain II membaca text lagu indonesia raya Pemain III kami persembahkan dramatisasi puisi TANAH AIR MATA dari SMAN 1 Anyer, selamat menyaksikan. berputar menghitari panggung dan keluar satu persatu Babak I Narator kini bumi semakin tua, udara semakin panas. Bangunan raksasa dimana-mana? Banyak petani yang kehilangan tanahnya. Akan menjadi apa tanah air kita. Selayaknya kita para pemuda harus menjaga dan merawat Tanah air kita, yang sudah di perjuangkan oleh nenek moyang kita terdahulu. Panggung masih dalam keadaan kosong dari para pemain. Hanya beberapa properti. seprti bak berisi air, sampah pelastik, kardus-kardus bekas, koran bekas dan satu meja panjang tertutup kain warna hitam. Enam orang pemain masuk dengan iringan musik, dengan jalan gontai berirama, dengan gerakan yang sama, persis seperti iringan pekuburan orang mati. Setelah posisi pada tengah panggung, salah satu dari pemain jatuh tak sadarkan diri. Sedangkan yang lain terus mengikuti nada yang sama dengan gerakan yang sama pula. Hingga akhirnya kelima pemain tersebut meniggalkannya seorang diri. Pemain I ekspresi kehausan Tanah airmata tanah tumpah darahku mata air airmata kami airmata tanah air kami di sinilah kami berdiri menyanyikan airmata kami di balik gembur subur tanahmu kami simpan perih kami di balik etalase megah gedung-gedungmu kami coba sembunyikan derita kami Babak III Tujuh orang pemain masuk kedalam panggung mengenakan payung diiringi musik dengan menggerakan tubuh berirama, di lakukan serempak bersamaan menaburkan bunga. 1 menit salah satu dari kelima pemain melihat pemain I dalam keadaan terkulai ekspresi heran, penasaran menghampiri pemain I. pemain I sadar, ekspresi sedih Tanah airmata tanah tumpah darahku mata air airmata kami airmata tanah air kami di sinilah kami berdiri menyanyikan airmata kami di balik gembur subur tanahmu kami simpan perih kami di balik etalase megah gedung-gedungmu kami coba sembunyikan derita kami Pemain III sd VII membacakan puisi bersamaaan Tanah airmata tanah tumpah darahku mata air airmata kami airmata tanah air kami pemain VIII ekspresi menggebu di sinilah kami berdiri menyanyikan airmata kami pemain II sd VIII menyanyikan lagu tanah air ku tidak kulupakan Pemain I di balik gembur subur tanahmu kami simpan perih kami di balik etalase megah gedung-gedungmu kami coba sembunyikan derita kami pemain II tapi perih tak bisa sembunyi pemain III ia merebak kemana-mana pemain IV bumi memang tak sebatas pandang pemain V dan udara luas menunggu pemain VI namun kalian takkan bisa menyingkir pemain VI ke manapun melangkah pemain VII kalian pijak airmata kami berlarian sambil mengepakan tangan. pemain VII ekspresi menggebu ke manapun terbang kalian kan hinggap di air mata kami ke manapun berlayar kalian arungi airmata kami Pemain II sd VIII mengepung pemain I pemain I marah kalian sudah terkepung takkan bisa mengelak takkan bisa ke mana pergi menyerahlah pada kedalaman air mata kami. semua pemain terjatuh. 5 detik pemain I sd VIII melambaikan tangan satu persatu. 10 detik bangun satu persatu, menari, mengikuti irama lagu dengan serempak bersamaan. 30 detik kemudian mengambil tongkat dan menghentak-hentakan bersamaan. Sambil bernyanyi Indonesia Tanah air beta bersama-sama. TAMAT DONG š
Ilustrasi Makna Puisi Tanah Air Mata. Foto dok. Rima Kruciene Puisi Tanah Air Mata dan Analisis Pesan di DalamnyaIlustrasi Makna Puisi Tanah Air Mata. Foto dok. Brooks Leibee airmata tanah tumpah darahkumata air airmata kamiairmata tanah air kamidi sinilah kami berdirimenyanyikan airmata kamidi balik gembur subur tanahmukami simpan perih kamidi balik etalase megah gedung-gedungmukami coba sembunyikan derita kamikami coba simpan nestapakami coba kuburkan dukalaratapi perih tak bisa sembunyiia merebak kemana-manabumi memang tak sebatas pandangdan udara luas menunggunamun kalian takkan bisa menyingkirke mana pun melangkahkalian pijak airmata kamike mana pun terbangkalian kan hinggap di airmata kamike mana pun berlayarkalian arungi air mata kamikalian sudah terkepungtakkan bisa mengelaktakkan bisa kemana pergimenyerahlah pada kedalaman air mata kamiSutardji Calzoum Bachri, Horison, 199814Ilustrasi Makna Puisi Tanah Air Mata. Foto dok. Sarah Mae
TANAH AIR MATA Karya Sutardji Calzoum Bachri Tanah airmata tanah tumpah darahku Mata air air mata kami Airmata tanah air kami Disinilah kami berdiri Menyanyikan airmata kami Di balik gembur subur tanahmu Kami simpan perih kami Di balik etalase gedung-gedungmu Kami coba sembunyikan derita kami Kami coba simpan nestapa kami Kami coba kuburkan dukalara Tapi perih tak bisa sembunyi Ia merebak kemana-mana Bumi memang tak sebatas pandang Dan udara luas menunggu Namun kalian takkan bisa menyingkir Kemanapun melangkah Kalian pijak airmata kami Kemana pun terbang Kalian kan hinggap di airmata kami Kemanapun berlayar Kalian arungi airmata kami Kalian sudah terkepung Takkan bisa mengelak Takkan bisa kemana pergi Menyerahlah pada kedalaman airmata kami ============================================================== = Baca Juga = Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.
TANAH AIR MATA Karya Sutardji Calzoum Bachri Tanah airmata tanah tumpah darahku Mata air air mata kami Airmata tanah air kami Disinilah kami bangun Menyanyikan airmata kami Di balik gembur subur tanahmu Kami simpan perih kami Di balik etalase gedung-gedungmu Kami coba sembunyikan derita kami Kami coba simpan nestapa kami Kami coba kuburkan dukalara Tapi perih tak dapat sembunyi Ia merebak kemana-mana Bumi memang tak sebatas pandang Dan udara luas menunggu Namun kalian takkan dapat menyingkir Kemanapun melangkah Kalian pijak airmata kami Kemana pun terbang Kalian kan hinggap di airmata kami Kemanapun berlayar Kalian arungi airmata kami Kalian sudah terkepung Takkan dapat mengelak Takkan dapat kemana pergi Menyerahlah pada kedalaman airmata kami ============================================================== = Baca Juga =
naskah puisi tanah air mata